DAFTAR ISI
A. ABSTRAKSI DAN PENGERTIAN HOME
SCHOOLING
B. LATAR BELAKANG HOME SCHOOLING
C. KELEBIHAN HOME SCHOOLING
D. KEKURANGAN HOME SCHOOLING
E. DAMPAK POSITIF PENDIDIKAN HOME
SCHOOLING
F. DAMPAK NEGATIF PENDIDIKAN
SCHOOLING
G. PERSAMAAN HOME SCHOOLING DENGAN
SEKOLAH PADA UMUMNYA
I. FAKTOR – FAKTOR OTANG TUA MEMILIH
HOME SCHOOLING
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. ABTRAKSI DAN PENGERTIAN
HOME SCOOLING
Di Indonesia homeschooling sudah ada sejak lama.
Sedangkan pengertian Homeschooling (HS) sendiri adalah model alternatif belajar
selain di sekolah. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling.
Selain homeschooling, ada istilah “home education”, atau “home-based learning”
yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.
Dalam bahasa Indonesia, ada yang menggunakan istilah
“sekolah rumah”. Ada juga orangtua yang secara pribadi lebih suka mengartikan
homeschooling dengan istilah “sekolah mandiri”. Tapi nama bukanlah sebuah isu.
Disebut apapun, yang terpenting adalah esensinya.
Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung
jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan
berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas
proses pendidikan anak; sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu
didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.
Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama
homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus
dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang
guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses
magang (internship), dan sebagainya.
Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di
rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di
rumah. Para orang tua homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di
mana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya.
Keberadaan homeschooling Indonesia telah diatur dalam UU
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (10) yang berbunyi:
“Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”
Dalam praktek homeschooling tidak harus memenuhi
penyetaraan pendidikan. Pendidikan kesetaraan adalah hak dan bersifat opsional.
Jika praktisi homeschooling menginginkannya, mereka dapat menempuhnya. Jika
tidak, mereka tetap dapat memilih dan memberikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Tetapi Penyetaraan ini digunakan untuk dapat dihargai dan setara
dengan hasil pendidikan formal, tentu setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan
ujian, penilaian, penyelenggaraan, dan tujuan pendidikan. Pendidikan kesetaraan
dalam ujian nasional meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara SMP,
dan Paket C setara SMA.
B. LATAR BELAKANG HOME
SCHOOLING
Latar belakang tentang
homeschooling (HS) ,adalah tentang ketidakpuasan masyarakat atas sistem
pendidikan di indonesia.Adalah wajar bila orangtua mendambakan pendidikan yang
dipercaya mampu memberi keturunannya suatu pegangan yang memadai bagi
kehidupannya di masa depan, paling sedikit sebagai manusia individual,tentunya.
Di negara merdeka mana pun, pengadaan pendidikan yang ideal ini merupakan misi
suci pemerintah, mengingat ia harus bisa menyiapkan warga (citizen) yang
andal.Untuk itu dibutuhkan suatu system pendidikan atau pembelajaran sebagai
alternatif pendidikan yang dapat diimplementasikan di masyarakat.
Pemerintah juga dituntut
menghargai kebebasan para orangtua untuk memilihkan anak-anaknya dalam
memperoleh pendidikan berkualitas.Agar pendidikan dapat dijangkau (accessible),
penghapusan diskriminasi sebagai mandat dari undang-undang HAM internasional
perlu menjadi prioritas kebijakan pendidikan. Agar pendidikan dapat diterima
(acceptable), hak-hakmanusia seyogianya diterapkan dalam proses pembelajaran.
Agar pendidikan dapat disesuaikan (adaptable), pendidikan perlu menyesuaikan
minat utama setiap individu anak.Nah,itu yang selama ini masih patut
dipertanyakan.
Oleh,sekarang kita bahas
kondisi real sistem pendidikan di kota surabaya.Sebagaimana kita tahu program
pendidikan nasional yang merupakan acuan Pendidikan Kota Surabaya dan
berlangsung saat ini terbukti justru menghambat kinerja sistem pendidikan
nasional dan terlalu berorientasi pada sisi penyediaan layanan pendidikan,
kurang memperhatikan sisi kebutuhannya. Banyak Peraturan Pemerintah dan
Peraturan ataupun Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang tidak memperkuat
Sistem Pendidikan Nasional. Potret pendidikan nasional masih ditandai dengan
formalisme yang luar biasa, bahkan mengarah pada too-much schooling. Otonomi
sekolah dan guru dirusak oleh Ujian Nasional yang ikut menentukan kelulusan
peserta didik. Sekolah dan guru tidak lagi aktor pendidikan yang dapat
dipercaya, bahkan oleh Pemerintah sendiri. Kewajiban pemerintah untuk
memastikan layanan pendidikan yang bermutu melalui akreditasi sekolah praktis
tidak berjalan secara baik, dan sertifikasi guru amat terlambat dilakukan.
Pemerintah justru menyibukkan diri menagih kinerja belajar peserta didik
melalui Ujian Nasionalnamun lalai menagih kinerja sekolah melalui akreditasi,
dan kinerja guru melalui sertifikasi guru. Kesenjangan sarana dan prasarana
sekolah, bahkan antar satuan pendidikan negri, masih amat lebar. Minat, bakat,
dan kemampuan anak yang beragam, dan unik dengan kecerdasan mejemuknya diabaikan
secara sistematik. Banyak guru yang tidak memahami tanggungjawab dan etika
profesi guru, tidak mampu mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif dan
luwes sehingga gagal membangun pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta
didik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) boleh dikatakan tidak
berjalan di tangan guru-guru yang tidak kompeten ini. Dapat dikatakan bahwa
budaya (kultur) birokrasi pendidikan nasional tidak berubah, walaupun
struktur-nya sudah dirancang baru. Pemerintah masih sangat berorientasi pada
sisi penyediaan layanan pendidikan (supply side).Inipun masih amat jauh dari
harapan. Sisi kebutuhan (demand side) pendidikan belum ditangani secara
memadai.
C. KELEBIHAN HOME SCHOOLING
§
Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
§
Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual
yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum.
§
Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti
standar waktu yang ditetapkan di sekolah.
§
Lebih siap untuk terjun di dunia nyata (real world) karena proses
pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
§
Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif
terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, drug, konsumerisme,
pornografi, mencontek, dsb).
§
Kemampuan bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical
socialization).
§
Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua
D. KEKURANGAN HOME SCHOOLING
§
Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua
§
Sosialisasi seumur (peer-group socialization) relatif rendah. Anak
relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial.
§
Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work),
organisasi, dan kepemimpinan.
§
Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan
menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.
E. DAMPAK
POSITIF PENDIDIKAN HOME SCHOOLING
Telah kita ketahui
sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup
berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah
sekolah yang dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschoolingbiasanya
dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik
langsung pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah
dengan obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat
oleh peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini
adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta
didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu
memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan
keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik
serta masyarakat.Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem
pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah
memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk
anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran
dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan
pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang
dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara
mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat
dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) berpendapat
sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik
dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi
banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus
merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.
Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun
langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori.
Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di
bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya
Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan
observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan
lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena
sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan
suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih
fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama
bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap
orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying),
narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan
khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian,
seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang
kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan
ilmu. Homeschooling juga memberikan metode pembelajaran yang
lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya,
serta bebas menggunakan sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam
adalah penanaman sikap mental belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan
cara mereka sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa
belajar membuat rumah kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada
petani, belajar memerah susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada
pedagang, tanpa harus terikat tempat dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa
lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu
sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang
ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang
tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki
potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar
sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta
didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia
inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu
menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang
mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan
yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata.
Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara langsung
menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat
peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung
terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma,
karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih
tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu
dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik
mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di
dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan
orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai
dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini
bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala
biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat
menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang
tua untuk serba tahu. Karena pembelajaranhomeschooling dapat
dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar
tentang sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut
sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Nadhirin (2008) berpendapat
sebagai berikut.
Metode homeschooling ada
tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudianhomeschooling majemuk
yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschoolingkomunitas.
1. Homeschooling tunggal
adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam
suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun
langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang
didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak
dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari
lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling,
contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim
yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi
pendidikan.
2. Homeschooling majemuk
adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih
keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh
orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas
adalah gabungan beberapa homeschoolingmajemuk yang menentukan
silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa),
sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga
memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran.
Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan
tentang kelebihan homeschooling sebagai berikut.
§ Lebih memberikan
kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
§ Memberikan peluang untuk
mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus
terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan
terendah
§ Terlindungi dari tawuran,
kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan
yang malnutrisi.
§ Lebih bergaul dengan orang
dewasa sebagai panutan.
§ Lebih disiapkan untuk
kehidupan nyata.
§ Lebih didorong untuk
melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
§ Membantu anak lebih
berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan
berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa
takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
§ Membelajarkan anak-anak
dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
§ Masih memberikan peluang
berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya
F. DAMPAK
NEGATIF PENDIDIKAN HOME SCHOOLING
Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga
dengan pendidikan anak. Tidak ada yang mampu memeberikan pendidikan yang selalu
berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur
tertentu adalah jalur yang selalu baik dan tidak memiliki dampak yang negatif.
Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur yang mereka anggap terbaik untuk
mereka dan anak mereka.
Selain
memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya
peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat
antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu
dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi
apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain
sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol
dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan
teman-teman sebayanya.
Selain
itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam
mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa
percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak,
dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik
dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling,
orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua
yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas
dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya,
karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia
telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak
bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai
status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di
masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan
sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi
berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja,
membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya.
Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun
tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak
menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja
secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat
anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan
orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan
yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup
dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
G. PERSAMAAN
HOME SCHOOLING DENGAN SEKOLAH PADA UMUMNYA
Homeschooling dan sekolah pada
umumnya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain adalah
sama-sama sebuah sarana pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak, homeschooling dan
sekolah pada umumnya sama-sama sebuah media pembelajaran, homeschooling dan
sekolah pada umumnya sama-sama mengantarkan anak pada tujuan pendidikan yang
ingin dicapainya.
Selain itu homeschooling dan
sekolah-sekolah umum juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain
adalah:
§ Apabila sistem yang ada
disekolah cenderung memiliki standar-standar tertentu sedangkan pada homeschooling cenderung
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keluarga tersebut.
§ Di sekolah umum lebih
berpedoman pada kurikulum, namun homeschooling tidak
berpedoman pada kurikulum, melainkan lebih disesuaikan denan kondisi keluarga
yang ada.
§ Jadwal belajar di sekolah
telah ditentukan dan sudah mutlak, namun jadwal belajarhomeschooling adalah
fleksibel. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai
dengan kesepakatan anak dan orang tua maupun pembina homeschooling.
§ Pada sekolah umum, guru
memiliki tanggung jawab atas peserta didik. Para orang tua memberikan
kepercayaan kepada guru pembina. Sedangkan pada homeschoolingorang
tua bertanggungajawab sepenuhnya atas anak. Orang tua harus selalu
berpartisipasi dalam pendidikan anak.
§ Pada sekolah, peran orang
tua dalam membimbing anak cemderung tidak maksimal, karena pendidikan sekolah
dijalankan oleh sistem dan guru. Sedangkan padahomeschooling peran
orang tua sangat penting, karena peran orang tua juga sangat menentukan
keberhasilan pendidikan anak.
H. FAKTOR –
FAKTOR ORANG TUA MEMILIH HOME SCHOOLING
Orang tua
tentu memiliki alasan khusus dalam memilih homeschooling untuk anak mereka. Diantaranya adalah
para orang tua kecewa dengan pendidikan formal. Mereka menganggap bahwa
pendidikan formal gagal mendidik anak mereka. Pendidikan sekolah formal yang
selalu memprioritaskan nilai rapor siswa. Bahkan masalah politik pun juga
menjadi faktor orang tua yang lebih memilih homeschooling. Banyak mafia
peradilan di sini. Seperti pembohongan dan penipuan.
Permasalahan
biaya juga menjadi faktor orang tua memilih homeschooling. Pendidikanhomeschooling ini lebih ekonomis, karena mereka
sendiri yang mengatur segala keperluan-keperluan dalam pendidikan. Dan mereka
bisa berhemat disini. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan homeschooling tergantung
pada keadaan ekonomi keluarga. Apabila orang tua tidak memiliki biaya yang
cukup, maka orang tua bisa mengeluarkan biaya yang sehemat mungkin namun tetap
dengan pendidikan yang semaksimal mungkin.
Selain itu para orang tua juga melihat dari segi
orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya. Ada banyak tokoh yang berhasil
dengan belajar secara mandiri. Tokoh-tokoh yang berhasil itu kebanyakan belajar
langsung dari kehidupan. Belajar dengan media nyata berupa kehidupan-kehidupan
yang dijalani mereka.
Sumardiono (2008) menyatakan sebagai berikut. Ada 11
alasan mengapa orangtua memilih homeschooling, dan hampir
semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan
yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain
sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri. Faktor melihat pada kesuksean keluarga
homeschooling lain, tidak didapati dalam riset di Amerika karena
kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivistic cultures).
Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut
adalah sebagai berikut:
semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan
yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain
sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri. Faktor melihat pada kesuksean keluarga
homeschooling lain, tidak didapati dalam riset di Amerika karena
kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivistic cultures).
Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut
adalah sebagai berikut:
• Orangtua
merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan ingin
agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua
menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orangtua
ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat
homeschooling ini orangtua mengharapkan dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak.
agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua
menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orangtua
ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat
homeschooling ini orangtua mengharapkan dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak.
• Penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan karakter
dan nilai-nilai
agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,
nilainilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal
(negeri) yang hanya mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak
mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini
mendorong
orangtua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah yang
sesuai dengan keyakinan mereka.
agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,
nilainilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal
(negeri) yang hanya mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak
mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini
mendorong
orangtua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah yang
sesuai dengan keyakinan mereka.
• Tidak setuju dengan kurikulum di sekolah formal
(diknas). Beban
pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak
serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar target
kurikulum membuat banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.
pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak
serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar target
kurikulum membuat banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.
I. KESIMPULAN
Beberapa
keuntungan dari homeschooling antara lain adalah anak memiliki
kepribadian yang kuat, pembelajaran dapat disesuaikan dengan keinginan dan
kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum yang berlaku pada sekolah formal
pada umumnya, lebih memiliki kemampuan dalam kehidupan nyata karena anak
belajar dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung dari pergaulan bebas, mampu
berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya, dan terhindar dari
penyelewengan yang ada di sekolah formal seperti mafia peradilan.
Namun selain
memiliki keuntungan, homeschooling juga memiliki kerugian. Diantaranya
adalah anak kurang bisa bekerja sama dengan orang lain sehingga susah apabila
anak dihadapkan pada situasi yang membutuhkan kerja sama, anak kurang memiliki
pergaulan karena anak hanya berinteraksi dengan sebagian orang saja dan anak
juga belajar secara individu, anak homeschooling biasanya cenderung manja karena anak homeschooling ini
memiliki perlindungan yang lebih dari orang tua mereka. Sehingga terkadang anakhomeschooling kurang mampu dalam menghadapi masalah
yang tidak pernah diduga olehnya.
Beberapa
faktor yang menyebabkan orang tua lebih memilih homeschooling dari pada sekolah formal pada umumnya
antara lain adalah kekecewaan orang tua dengan sistem pendidikan di sekolah
formal yang memprioritaskan nilai rapor saja, ketidak percayaan lagi orang tua
dengan kejujuran di dalam lembaga pendidikan formal ini, mahalnya biaya sekolah
formal, mereka melihat dari orang-orang yang telah berhasil di dunia ini
kebanyakan adalah karena mereka belajar sendiri, belajar dari kehidupan
sehari-hari, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri.
meyekolahkan anak ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Hallo kita ada juga nih artikel tentang 'Home Schooling', Silahkan kunjungi dan dibaca. Ini linknya;
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1160/1/10506264.pdf
Thank you.
Semoga bermanfaat.